Terima Kasih Atas Kunjungan dan comentnya

Terima Kasih Atas Kunjungan dan comentnya

Monday, July 18, 2011

Hakikat Manusia


A.     Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk yang menghuni bumi kita ini, semenjak diciptakannya Nabi Adam as. sudah puluhan atau ratusan ribu tahun, sehingga hal tersebut menjadikan beberapa versi atas kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini.
Manusia adalah wujud dari mahluk hidup yang memiliki materi. Hakikat manusia adalah makhluk berakal yang dapat mempergunakan akalnya untuk menjamin kelangsungan hidupnya di muka bumi. Kepemilikan akal pada manusia merupakan potensi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan akalnya, manusia dapat mengubah alam dan mengelola alam sesuai dengan kadar kemampuan akal yang dimilikinya.
Akal bagi manusia adalah hakikat, karena tanpa akal hakikat yang lain selain dari manusia tidak akan dapat dijangkau, begitu pula hakikat yang satu, yang tertinggi dan inti dari berbagai hakikat, yaitu hakikat Tuhan.

B.     Manusia Menurut Manusia

Menurut Socrates, salah satu hakikat (essence) manusia adalah ia ingin tahu dan untuk itu harus ada orang yang membantunya yang bertindak sebagai bidan yang membantu bayi keluar dari rahimnya. Menurut plato, jiwa manusia adalah entitas non material yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa itu ada sejak sebelum kelahioran, jiwa itu tidak dapat hancur alias abadi. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa hakikat manusia itu ada dua, yaitu rasio dan kesenangan (nafsu). Dua unsur yang hakikat ini dijelaskan oleh Plato dengan pemisalan seseorang yang makan kue atau minum sesuatu ia makan dan ia minum. Ini kesenangan, sementara rasionya tahu bahwa makanan dan minuman itu berbahaya  baginya.
Pada bagian lain Plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu, dan rasio. Dalam operasinya ia mengandaikan roh itu sebagai kuda putih yang menarik kereta bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendalikan oleh kusir yaitu rasio yang berusaha mengontrol laju kereta.
Dalam hal hidup bermasyarakat, Plato berpendapat bahwa hidup bermasyarakat itu merupakan keharusan bagi manusia; manusia tidak dapat hidup sendirian. Seseorang yang hidup di pulau sendirian akan sulit hidup karena aktifitas kemanusiaan seperti persahabatan, bermain, politik, seni dan berpikir tidak terjadi di pulau itu. Implikasi teori ini ialah manusia itu harus memiliki bakat dan minat yang berbeda antara seorang dengan lainnya, dan dari situ akan muncul spesialisasi  dan pembagian kerja.
Berdasarkan tiga unsur hakikat manusia, Plato membagi manusia menjadi tiga kelompok. Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya ialah meraih pengetahuan; kedua manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat utamanya ialah meraih reputasi; ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat utamanya pada materi. Tugas rasio adalah mengontrol roh dan nafsu.
Rene Descartes adalah filosof perancis. Ia amat menekankan rasio pada manusia. Jadi, sama dengan Plato. Descartes berpendapat bahwa ada dua macam tingkah laku, yaitu tingkah laku mekanis yang ada pada binatang dan tingkah laku rasional yang ada pada manusia. Ciri rasional pada tingkah laku manusia adalah ia bebas memilih, pada hewan, kebebasan itu tidak ada. Karena bebas memlilih itulah, maka pada manusia ada tingkah laku yang mandiri.
Sarlito mencatat pendapat Descartes yang mengatakan bahwa manusia memiliki emosi yang muncul dalam berbagai kombinasi, yaitu cinta (love), gembira (joy), keinginan (desire), benci (rage), sedih (sorrow) dan kagum (wonder). Yang terpenting dalam pemikiran Descartes adalah pendapatnya tentang posisi sentral akal (rasio) sebagai esensi (hakikat) manusia.
Thomas Hobbes (1588-1629) adalah tokoh aliran empirisme yang terkenal dengan teori mekanis dalah psikologi. Dalam teori mekanisnya ia mengatakan bahwa dalam tingkah laku ada dasar dan tujuan. Dua motivasi dasar ialah keinginan untuk mendekati dan kecenderungan untuk meninggalkan. Ia mengatakan bahwa tujuan tingkah laku adalah untuk kepentingan diri sendiri. Ia mengatakan bahwa pada hakikatnya semua orang bersifat mementingkan diri sendiri, dalam memenuhi kepemtingan diri sendirinya itu justru manusia terpaksa mengakui hak-hak orang lain.
John Locke (1623-1704) adalah filosof inggris cukup terkenal. Padanya yang terkenal ialah teori tabula rasa yang mengatakan bahwa jiwa manusia itu saat dilahirkan laksana kertas bersih (istilahnya meja lilin), kemudian di isi dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam hidupnya. Pengalamanlah yang paling menentukan keadaan seseorang. Menurut paham ini pendidikan sangat berpengaruh pada seseorang.
Menurut Kant manusia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri. Manusia mengenali dirinya berdasarkan yang tampak (baik secara empiris maupun secara batin).
Pendapat Kant yang penting pada dunia pendidikan adalah pendapatnya yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk rasional, manusia itu bebas bertindak berdasarkan alasan moral, manusia bertindak bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.

C.     Manusia Menurut Tuhan

Menurut Al-Qur'an manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Jadi, manusia itu datang dan berasal dari Tuhan. Bila ada argumen yang kuat untuk membuktikan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan, dan argumen itu lebih kuat ketimbang bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, maka yang akan kita ambil adalah pendapat yang mengatakan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan. Dan bila itu diambil, harus juga dijelaskan bagaimana cara munculnya manusia itu. Kemungkinan ini (manusia bukan ciptaan Tuhan) sangat tidak mungkin.
Al-Qur'an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material). Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur'an :
Dan carilah pada apa yang telah ianugerahan Allah kepadamu (kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan  bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat kebaikan kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.Al-Qashahs: 77)

Di dalam surat Al-A’raf ayat 31 Tuhan mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah suatu keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiiki unsur jasmani.
Akal adalah salah satu aspek penting dalam hakikat manusia. Ini dijelaskan dalam banyak tempat dalam Al-Qur'an. Harun Nasution mengatakan bahwa ada tujuh kata yang digunakan dalam Al-Qur'an untuk mewakili konsep akal. Pertama, kata nazara seperti di dalam surat Qaf ayat 6-7,surat at-Thariq ayat 5-7, al-Ghasiyah ayat 17-20. kedua kata tadabara, seperti dalam surat Shaad ayat 29, surat Muhammad ayat 24. Ketiga kata tafakkara  seperti di dalam surat al-Nahl ayat 68-69, al-Jatsiayah ayat 12-13. Keempat kata faqiha, kelima kata tadzakara, keenam kata fahima, dan ke tujuh kata ‘aqala. Kata-kata itu semua menunjukkan bahwa Al-Qur'an mengakui akal adalah aspek penting dalam hakikat manusia.
Akal adalah alat untuk berpikir. Jadi salah satu hakikat manusia adalah ia ingin, ia mampu, dan ia beripikir.
Hakikat manusia menurut Al-Qur'an adalah bahwa msnusia itu terdiri atas unsur jasmani, akal, dan ruhani. Ketiganya sama pentingnya untuk dikembangkan, demikian kata al-Syaibani. Konsekuensinya pendidikan harus di desain untuk mengembangkan jasmani, akal, dan ruhani manusia. 
Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi. Potensi manusia itu ialah sebagai berikut:
  1. Sebagai makhluk sosial. Artinya manusia itu membawa sifat ingin bermasyarakat.
  2. Sebagai makhluk yang ingin beragama. Karena itu pendidikan dan lingkungan beragama perlu disediakan bagi manusia.
  3. Manusia itu mencintai wanita dan anak-anak
  4. Manusia itu mencintai harta benda  yang banyak dari emas dan perak.
  5. Mencintai kuda-kuda pilihan (barangkali kendaraan di zaman sekarang)
  6. Mencintai ternak dan sawah ladang.
Selain fitrah itu di atas, manusia juga memiliki fitrah-fitrah yang positif yaitu yang mengajak kepada kebaikan.

D.    Manusia dengan Pendidikan

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia tidak muncul dengan sendirinya. Al-Quran surat al-‘Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah; al-Quran surat ath-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah; al-Quran surat ar-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa ar-Rahman (Allah)-lah yang menciptakan manusia. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, dan inilah hakikat wujud manusia.
Hakikat wujudnya yang lain ialah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sitesisnya dikembangkan teori yang ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi).
Menurut hemat penulis, teori yang ketiga merupakan teori yang mendekati kebenaran. Hal ini di dasarkan pada hadits Rasulullah saw.
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى ومسلم)
 “Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Menurut Ahmad Tafsir (1994 : 35), fitrah yang disebut dalam hadits itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan. Ayah dan ibu dalam hadits ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadits ini, yang menentukan perkembangan seseorang.
Lebih lanjut Ahmad Tafsir mengatakan, “pengaruh itu terjadi  baik dari aspek jasmani, akal, maupun aspek rohani. Aspek jasmani banyak dipengaruhi oleh alam fisik (selain oleh pembawaan); dan aspek rohani banyak dipengaruhi oleh  kedua lingkungan itu (selain oleh pembawaan). Pengaruh itu menurut al-Syaibani, dimulai sejak bayi berupa embrio, dan barulah berakhir setelah kematian. Tingkat dan kadar pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dan orang lain, sesuai dengan segi-segi pertumbuhan masing-masing. Kadar dan pengaruh tersebut berbeda juga menurut perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan masing-masing. Faktor pembawaan lebih dominan pengaruhnya tatkala orang masih bayi; lingkungan alam dan budaya lebih dominan pengaruhnya tatkala mulai dewasa.
Manusia diciptakan Allah selain menjadi hamba (makhluk)Nya, juga diberikan kewenangan untuk mengelola alam dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Selaku pengelola alam, manusia telah diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis) yang dapat dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupannya di dunia.
Untuk mengembangkan atau menumbukan kemampuan dasar rohaniah dan jasmaniah tersebut, pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai di mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat tercapai. Dengan demikian, tujuan pokok dari pendidikan secara menyeluruh adalah untuk mengembangkan potensi potensi dasar yang dimiliki oleh manusia.

E.     Penutup

Demikian disampaikan makalah yang mengupas tentang hakikat manusia dari tiga sisi, yaitu manusia menurut manusia; manusia menurut Tuhan; dan manusia dengan pendidikan . Dengan makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui dan memahami keberadaan kita sebagai manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1982. Filsafat Islam. Semarang: Toha Putra.
Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, Muzayyin. 1984. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Azhari, Akyas. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang: Dina Utama.
Barnadib, Imam. 1990. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Jakarta: Andi Offeset.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum. Bandung: Rosdakarya.

No comments:

Post a Comment