A. Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang menghuni bumi kita ini,
semenjak diciptakannya Nabi Adam as. sudah puluhan atau ratusan ribu tahun,
sehingga hal tersebut menjadikan beberapa versi atas kelangsungan hidup manusia
di muka bumi ini.
Manusia
adalah wujud dari mahluk hidup yang memiliki materi. Hakikat manusia adalah
makhluk berakal yang dapat mempergunakan akalnya untuk menjamin kelangsungan
hidupnya di muka bumi. Kepemilikan akal pada manusia merupakan potensi yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan akalnya, manusia dapat
mengubah alam dan mengelola alam sesuai dengan kadar kemampuan akal yang
dimilikinya.
Akal bagi
manusia adalah hakikat, karena tanpa akal hakikat yang lain selain dari manusia
tidak akan dapat dijangkau, begitu pula hakikat yang satu, yang tertinggi dan
inti dari berbagai hakikat, yaitu hakikat Tuhan.
B. Manusia Menurut Manusia
Menurut
Socrates, salah satu hakikat (essence) manusia adalah ia ingin tahu dan
untuk itu harus ada orang yang membantunya yang bertindak sebagai bidan yang
membantu bayi keluar dari rahimnya. Menurut plato, jiwa manusia adalah entitas
non material yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa itu ada sejak
sebelum kelahioran, jiwa itu tidak dapat hancur alias abadi. Lebih jauh Plato
mengatakan bahwa hakikat manusia itu ada dua, yaitu rasio dan kesenangan
(nafsu). Dua unsur yang hakikat ini dijelaskan oleh Plato dengan pemisalan
seseorang yang makan kue atau minum sesuatu ia makan dan ia minum. Ini
kesenangan, sementara rasionya tahu bahwa makanan dan minuman itu
berbahaya baginya.
Pada bagian
lain Plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu,
dan rasio. Dalam operasinya ia mengandaikan roh itu sebagai kuda putih yang
menarik kereta bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendalikan oleh kusir yaitu
rasio yang berusaha mengontrol laju kereta.
Dalam hal
hidup bermasyarakat, Plato berpendapat bahwa hidup bermasyarakat itu merupakan
keharusan bagi manusia; manusia tidak dapat hidup sendirian. Seseorang yang hidup
di pulau sendirian akan sulit hidup karena aktifitas kemanusiaan seperti
persahabatan, bermain, politik, seni dan berpikir tidak terjadi di pulau itu.
Implikasi teori ini ialah manusia itu harus memiliki bakat dan minat yang
berbeda antara seorang dengan lainnya, dan dari situ akan muncul
spesialisasi dan pembagian kerja.
Berdasarkan
tiga unsur hakikat manusia, Plato membagi manusia menjadi tiga kelompok.
Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya ialah meraih
pengetahuan; kedua manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat utamanya ialah
meraih reputasi; ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat utamanya
pada materi. Tugas rasio adalah mengontrol roh dan nafsu.
Rene
Descartes adalah filosof perancis. Ia amat menekankan rasio pada manusia. Jadi,
sama dengan Plato. Descartes berpendapat bahwa ada dua macam tingkah laku,
yaitu tingkah laku mekanis yang ada pada binatang dan tingkah laku rasional
yang ada pada manusia. Ciri rasional pada tingkah laku manusia adalah ia bebas
memilih, pada hewan, kebebasan itu tidak ada. Karena bebas memlilih itulah,
maka pada manusia ada tingkah laku yang mandiri.
Sarlito
mencatat pendapat Descartes yang mengatakan bahwa manusia memiliki emosi yang
muncul dalam berbagai kombinasi, yaitu cinta (love), gembira (joy),
keinginan (desire), benci (rage), sedih (sorrow) dan kagum
(wonder). Yang terpenting dalam pemikiran Descartes adalah pendapatnya
tentang posisi sentral akal (rasio) sebagai esensi (hakikat)
manusia.
Thomas Hobbes
(1588-1629) adalah tokoh aliran empirisme yang terkenal dengan teori mekanis
dalah psikologi. Dalam teori mekanisnya ia mengatakan bahwa dalam tingkah laku
ada dasar dan tujuan. Dua motivasi dasar ialah keinginan untuk mendekati dan
kecenderungan untuk meninggalkan. Ia mengatakan bahwa tujuan tingkah laku
adalah untuk kepentingan diri sendiri. Ia mengatakan bahwa pada hakikatnya
semua orang bersifat mementingkan diri sendiri, dalam memenuhi kepemtingan diri
sendirinya itu justru manusia terpaksa mengakui hak-hak orang lain.
John Locke
(1623-1704) adalah filosof inggris cukup terkenal. Padanya yang terkenal ialah
teori tabula rasa yang mengatakan bahwa jiwa manusia itu saat dilahirkan
laksana kertas bersih (istilahnya meja lilin), kemudian di isi dengan
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam hidupnya. Pengalamanlah yang paling
menentukan keadaan seseorang. Menurut paham ini pendidikan sangat berpengaruh
pada seseorang.
Menurut Kant
manusia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri. Manusia mengenali dirinya
berdasarkan yang tampak (baik secara empiris maupun secara batin).
Pendapat Kant
yang penting pada dunia pendidikan adalah pendapatnya yang mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk rasional, manusia itu bebas bertindak berdasarkan alasan
moral, manusia bertindak bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.
C. Manusia Menurut Tuhan
Menurut
Al-Qur'an manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Jadi, manusia itu datang dan
berasal dari Tuhan. Bila ada argumen yang kuat untuk membuktikan bahwa manusia
bukan ciptaan Tuhan, dan argumen itu lebih kuat ketimbang bahwa manusia adalah
ciptaan Tuhan, maka yang akan kita ambil adalah pendapat yang mengatakan bahwa
manusia bukan ciptaan Tuhan. Dan bila itu diambil, harus juga dijelaskan
bagaimana cara munculnya manusia itu. Kemungkinan ini (manusia bukan ciptaan
Tuhan) sangat tidak mungkin.
Al-Qur'an
menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material). Sebagaimana
diisyaratkan dalam Al-Qur'an :
Dan carilah pada apa yang telah
ianugerahan Allah kepadamu (kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
kebaikan kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS.Al-Qashahs: 77)
Di dalam surat Al-A’raf ayat 31 Tuhan mengatakan bahwa
makan dan minum bagi manusia adalah suatu keharusan. Ini suatu indikasi bahwa
manusia itu memiiki unsur jasmani.
Akal adalah salah satu aspek
penting dalam hakikat manusia. Ini dijelaskan dalam banyak tempat dalam
Al-Qur'an. Harun Nasution mengatakan bahwa ada tujuh kata yang digunakan dalam
Al-Qur'an untuk mewakili konsep akal. Pertama, kata nazara seperti di
dalam surat Qaf ayat 6-7,surat at-Thariq ayat 5-7, al-Ghasiyah ayat
17-20. kedua kata tadabara, seperti dalam surat
Shaad ayat 29, surat
Muhammad ayat 24. Ketiga kata tafakkara seperti di dalam surat al-Nahl ayat 68-69, al-Jatsiayah ayat
12-13. Keempat kata faqiha, kelima kata tadzakara, keenam kata fahima,
dan ke tujuh kata ‘aqala. Kata-kata itu semua menunjukkan bahwa
Al-Qur'an mengakui akal adalah aspek penting dalam hakikat manusia.
Akal adalah alat untuk berpikir.
Jadi salah satu hakikat manusia adalah ia ingin, ia mampu, dan ia beripikir.
Hakikat manusia menurut Al-Qur'an
adalah bahwa msnusia itu terdiri atas unsur jasmani, akal, dan ruhani.
Ketiganya sama pentingnya untuk dikembangkan, demikian kata al-Syaibani.
Konsekuensinya pendidikan harus di desain untuk mengembangkan jasmani, akal,
dan ruhani manusia.
Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa
manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi. Potensi manusia itu ialah
sebagai berikut:
- Sebagai makhluk sosial. Artinya manusia itu membawa sifat ingin bermasyarakat.
- Sebagai makhluk yang ingin beragama. Karena itu pendidikan dan lingkungan beragama perlu disediakan bagi manusia.
- Manusia itu mencintai wanita dan anak-anak
- Manusia itu mencintai harta benda yang banyak dari emas dan perak.
- Mencintai kuda-kuda pilihan (barangkali kendaraan di zaman sekarang)
- Mencintai ternak dan sawah ladang.
Selain fitrah itu di atas, manusia juga memiliki fitrah-fitrah yang
positif yaitu yang mengajak kepada kebaikan.
D. Manusia dengan Pendidikan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia tidak
muncul dengan sendirinya. Al-Quran surat al-‘Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa
manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah; al-Quran surat ath-Thariq
ayat 5 menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah; al-Quran surat
ar-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa ar-Rahman (Allah)-lah yang menciptakan manusia.
Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, dan inilah hakikat wujud
manusia.
Hakikat wujudnya yang lain ialah bahwa manusia
adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di
dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh
pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan
bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme).
Sebagai sitesisnya dikembangkan teori yang ketiga yang mengatakan bahwa
perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya
(konvergensi).
Menurut hemat penulis, teori yang ketiga merupakan
teori yang mendekati kebenaran. Hal ini di dasarkan pada hadits Rasulullah saw.
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى ومسلم)
“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah
dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Menurut hadits ini manusia lahir membawa
kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Menurut Ahmad
Tafsir (1994 : 35), fitrah yang disebut dalam hadits itu adalah potensi.
Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan.
Ayah dan ibu dalam hadits ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh
para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadits ini, yang menentukan
perkembangan seseorang.
Lebih lanjut Ahmad
Tafsir mengatakan, “pengaruh itu terjadi
baik dari aspek jasmani, akal, maupun aspek rohani. Aspek jasmani banyak
dipengaruhi oleh alam fisik (selain oleh pembawaan); dan aspek rohani banyak
dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu
(selain oleh pembawaan). Pengaruh itu menurut al-Syaibani, dimulai sejak bayi
berupa embrio, dan barulah berakhir setelah kematian. Tingkat dan kadar
pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dan orang lain, sesuai dengan
segi-segi pertumbuhan masing-masing. Kadar dan pengaruh tersebut berbeda juga
menurut perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan masing-masing. Faktor
pembawaan lebih dominan pengaruhnya tatkala orang masih bayi; lingkungan alam
dan budaya lebih dominan pengaruhnya tatkala mulai dewasa.
Manusia diciptakan
Allah selain menjadi hamba (makhluk)Nya, juga diberikan kewenangan untuk
mengelola alam dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Selaku pengelola
alam, manusia telah diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah (fisiologis) dan
rohaniah (mental psikologis) yang dapat dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin,
sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk
melaksanakan tugas pokok kehidupannya di dunia.
Untuk
mengembangkan atau menumbukan kemampuan dasar rohaniah dan jasmaniah tersebut,
pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai di mana titik optimal
kemampuan-kemampuan tersebut dapat tercapai. Dengan demikian, tujuan pokok dari
pendidikan secara menyeluruh adalah untuk mengembangkan potensi potensi dasar
yang dimiliki oleh manusia.
E. Penutup
Demikian disampaikan makalah yang mengupas tentang hakikat manusia dari tiga
sisi, yaitu manusia menurut manusia; manusia menurut Tuhan; dan manusia dengan
pendidikan . Dengan makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui dan memahami
keberadaan kita sebagai manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1982. Filsafat
Islam. Semarang:
Toha Putra.
Ahmadi,
Abu. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arifin,
Muzayyin. 1984. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Azhari,
Akyas. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Dina Utama.
Barnadib,
Imam. 1990. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Jakarta: Andi Offeset.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat
Umum. Bandung:
Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment